ARGAPURA DAN RENGGANIS
Baik Argapura maupun
Rengganis adalah nama tempat di wilayah bogor. Tidak banyak yang tahu, kedua
nama itu dulunya adalah nama seorang ayah beserta anak gadisnya. Inilah
ceritanya.
Argapura adalah
seorang pandita yang suka bercocok tanam dan memelihara ikan. Di pelantaran
rumahnyatumbuh berbagai bunga yang menyebarkan wangi yang semerbak. Siapapun
yang datang atau melewati tempat itu akan terkagum-kagumdengan keasrian kebun
dan taman Pandita Argapura. Begitu pula dengan ikan peliharaan dikolam
dibelakang rumahnya. Berjenis-jenis ikan dipelihara olehnya.
Banyak orang suka
datang ke tempat itu, termasuk para jejaka. Tidak seperti yang lain, para
jejaka itu sebenarnya bukan ingin menikmati keindahan taman atau kolam ikan
Pandita Argapura. Mereka ingin bertemu dengan Rengganis, anak gadis sang
pandita. Mereka senang kalau bisa bertegur sapa dengan gadis yang cantik dan
baik hati itu.
Berawal dari para
jejaka yang tinggal di sekitar rumahnya, berita kecantikan dan kebaikan hati
Rengganis akhirnya tersebar kemana-mana. Banyak yang ingin menyaksikan sendiri
kecantikan Rengganis, termasuk para pangeran dan saudagar.
Maka berdatanganlah
para pangeran dan saudagar ke kediaman Pandita Argapura. Mereka datang membawa
beraneka hadiah untuk memikat hati Rengganis. Namun, Rengganis tak juga
menentukan pilihannya. Pandita Argapura yang semula tenang-tenang saja, kini
mulai gelisah dengan penolakan Rengganis kepada para pangeran dan saudagar itu.
Pandta Argapura khawatir penolakan itu berakibat buruk pada Rengganis dan
orang-orang di sekitarnya.
“ Mengapa tidak kau tentukan mana yang kau pilih sebagai
suamimu kelak?” tanya Pandita Argapura pada suatu hari. Rengganis menggeleng.
“ Belum ada yang cocok.”
Karena Rengganis
selalu menjawab “ Belum ada yang cocok.” Setiap kali ditanya mengenai calon
suaminya, ayahnya mulai putus asa. Sebetulnya bukan hanya Pandita Argapura,
Rengganis sendiri juga risau dengan keadaan itu.
“ Ah, kecantikan ini jadi beban buatku. Mengapa aku tidak
seperti gadis-gadis lain saja, yang tidak perlu bingung karena di sunting
banyak laki-laki,” sesal Rengganis di depan cermin.
Sementara itu, makin
banyak pangeran yang datang dan ingin bertemu dengan Rengganis. Selama
menunggu, mereka tinggal di rumah penduduk atau mendirikan tenda di pinggir desa.
Desa itu menjadi ramai. Para penduduk tidak mau menyia-nyiakan kesempatan itu.
Mereka lalu menjajakan dagangan atau menyediakan jasa membantu apapun.
“ Sungguh Rengganis pembawa rezeki...,” begitu kata mereka.
Di rumahnya, Pandita
Argapura terus berpikir bagaimana caranya mengatasi persoalan ini. Setelah
berpikir sekian lama, akhirnya ia mendapat jalan keluar.
“ Rengganis, anakku. Setelah aku berpikir baik-baik, akhirnya
kutemukan jalan keluar kita...”
Yang di sebut jalan
keluar oleh Pandita Argapura adalah meninggalkan tempat itu secara diam-diam.
Karena tak ada pilihan lain, Rengganis menyetujui ajakan itu. Pada suatu malam,
ketika hujan turun dengan lebatnya, berkelebatlah dua bayangan hitam
meninggalkan desa itu. Itulah bayangan Pandita Argapura dan Rengganis.
Keesokan harinya,
gegerlah desa itu. Pandita Argapura menghilang tak tentu rimbanya, seperti di
telan bumi. Orang-orang pun mencarinya kesana kemari, tetapi sia-sia. Setelah
sekian lama mencari, tetapi selalu berakhir dengan sia-sia, pencarian pun di
hentikan. Sejak itu, untuk mengenang keduanya, nama mereka di pakai sebagai
nama-nama tempat. Argapura di pakai sebagai nama gunung, sedangkan Rengganis
dipakai sebagai nama desa tempat gunung itu berada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar