Kamis, 09 Oktober 2014

WAKTU CERPEN,
                   
                       PAK WANDI SANG TUKANG KAYU


Ada seorang tukang kayu bernama Pak Wandi. Ia tinggal di sebuah pondok, di tepi hutan. Pak Wandi mempunyai seekor anjing besar bernama Boni. Boni sangat patuh dan selalu menemani kemanapun Pak wandi pergi.
Pak Wandi memiliki kumis tebalsehinng anak-anak desa agak takut padanya. Akan tetapi, kemanapun Pak Wandi pergi, anak-anak desa selalu mengikutinya.
Sebab, jika Pak Wandi berkunjung ke rumah temannya, Boni akan menunggu di luar rumah.
Dan pada saat itulah anank-anak desa akan mengajak Boni bermain. Anak-anak itu tidak tahu bahwa sebenarnya Pak Wandi sangat ramah dan baik hati.
Suatu hari, Pak Wandi mendapat pesanan 100 kursi kayu dari kelurahan. Untuk mengerjakannya, Pak Wandi harus mencari kayu di hutan. Sore harinya, Pak Wandi mengajak Boni ke hutan. Namun, tidak seperti biasanya,hari itu Boni menggonggong keras. Pak Wandi agak heran melihat anjingnnya itu. Pak Wandi memilih pohon yang akan ditebang nya dengan cermat. Pohon yang akn ditebang tidak boleh pohon yang masih muda. Kayunya harus yang tebal dan kuat.
Tinggi pohon juga harus di perhitungkan dengan benar, agar tidak menumbangkan pohon-pohon lain saat dirobohkan. Pak Wandi sadar ia harus tetapmenjaga kelestarian hutan. Setelah menebang pohon, biasanya Pak Wandi menanam lagi beberapa pohon baru untuk mencegah hutn menjadi gundul.
Karena asyik bekerja, Pak Wandi tidak memperhatikan Boni. Akhirnya baru selesai menebang pohon, Ia baru menyadari kalau Boni hilang.
“ Boni... Boni... Boni... ” Teriak Pak Wandi.
 Baru saja selesai memanggil Boni, ia muncul dari balik semak-semak sambil membawa potongan sehelai baju. Sambil mengibaskan ekornya, Boni menngonggong. “Baiklah Boni. Apa yang akan kau tunjukan? ” Tanya Pak Wandi sambil mengikuti Boni yang sedang berlari ke sebuah tempat. Di tepi jurang, Boni berhenti. Pak Wandi melongok kebawah. Di dalam jurang yang dalam, ada seorang anak tergeletak di bawah nya. Pak Wandi terkejut. Sedikit saja anak itu bergerak, ia pasti akan jatuh lebih dalam lagi. Dengan sigap, Pak Wandi mengambil tali yang ia bawa dan di lilitkan pada sebuah pohon ditepi jurang itu. Tali itu cukup panjang sehingga Pak Wandi dapat turun hingga mencapai tempat anak itu. Ia turun dengan hati-hati. Sesampainya di dasar tepi jurang tempat anak itu terjatuh, Pak Wandi memeriksa anggota tubuhnya kalau-kalau ada tulang yang patah. Setelah di periksa, tidak ada tulang yang patah. Tetapi hanya luka kecil yang ada di kiri kanan tangan kaki anak itu.
Anak itu di angkat ke atas bahunya. Diangkat anak itu keatas jurang agar ia selamat. Pak Wandi merasa pernah melihat anak ini di desa, namun ia tak tahu siapa namanya. Di bawa anak itu ke pondoknya. Dibaringkanlah anak itu diatas tempat tidur. Anak itu memakai sweater kotak-kotak dan celana main warna merah. Ketika sadar, anak itu ketakutan melihat Pak Wandi. Pak Wandi menyodorkan susu coklat panas. Karena kelaparan, ia menghabiskannya dengan cepat.
“ Nah... ” Kata Pak Wadi kemudian. “ Siapa nama mu? ’’ Tanya Pak Wadi. “ Lodi, aku ingin pergi kembali ke hutan. Aku ingin memburu burung-burung dan tumbuhan melati.” Kata lodi menangis. Pak Wandi terkejut. Kemudian ia menasehati lodi, “ Lodi, ternyata kamu yang telah menghilangkan tawa burung dan wangi bunga melati itu? Kenapa kamu melakukannya? ” Tanya Pak Wadi heran. “ Aku melakukan itu untuk menjualnya. Lagi pula burung dan melati itu sangat bagus. Supaya dapat menambah tabungan ku. ”Kata Lodi sambil terisak. Pak Wadi tersenyum, ia tak ingin berbasa-basi lagi. Ia pun mengantar Lodi pulang. Setelah itu, Pak Wadi lebih giat lagi menjaga hutan dan melindunginya supaya tak gundul dan mencemari udara segar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar