PAK WANDI SANG TUKANG KAYU |
Ada seorang tukang kayu bernama Pak
Wandi. Ia tinggal di sebuah pondok, di tepi hutan. Pak Wandi mempunyai seekor
anjing besar bernama Boni. Boni sangat patuh dan selalu menemani kemanapun Pak
wandi pergi.
Pak Wandi memiliki kumis tebalsehinng
anak-anak desa agak takut padanya. Akan tetapi, kemanapun Pak Wandi pergi,
anak-anak desa selalu mengikutinya.
Sebab, jika Pak Wandi berkunjung ke
rumah temannya, Boni akan menunggu di luar rumah.
Dan pada saat itulah anank-anak desa
akan mengajak Boni bermain. Anak-anak itu tidak tahu bahwa sebenarnya Pak Wandi
sangat ramah dan baik hati.

Suatu
hari, Pak Wandi mendapat pesanan 100 kursi kayu dari kelurahan. Untuk
mengerjakannya, Pak Wandi harus mencari kayu di hutan. Sore harinya, Pak Wandi
mengajak Boni ke hutan. Namun, tidak seperti biasanya,hari itu Boni
menggonggong keras. Pak Wandi agak heran melihat anjingnnya itu. Pak Wandi
memilih pohon yang akan ditebang nya dengan cermat. Pohon yang akn ditebang
tidak boleh pohon yang masih muda. Kayunya harus yang tebal dan kuat.
Tinggi pohon juga harus di perhitungkan
dengan benar, agar tidak menumbangkan pohon-pohon lain saat dirobohkan. Pak
Wandi sadar ia harus tetapmenjaga kelestarian hutan. Setelah menebang pohon,
biasanya Pak Wandi menanam lagi beberapa pohon baru untuk mencegah hutn menjadi
gundul.
Karena asyik bekerja, Pak Wandi tidak
memperhatikan Boni. Akhirnya baru selesai menebang pohon, Ia baru menyadari
kalau Boni hilang.
“ Boni... Boni... Boni... ” Teriak Pak
Wandi.
Baru saja selesai memanggil Boni, ia muncul
dari balik semak-semak sambil membawa potongan sehelai baju. Sambil mengibaskan
ekornya, Boni menngonggong. “Baiklah Boni. Apa yang akan kau tunjukan? ” Tanya
Pak Wandi sambil mengikuti Boni yang sedang berlari ke sebuah tempat. Di tepi
jurang, Boni berhenti. Pak Wandi melongok kebawah. Di dalam jurang yang dalam,
ada seorang anak tergeletak di bawah nya. Pak Wandi terkejut. Sedikit saja anak
itu bergerak, ia pasti akan jatuh lebih dalam lagi. Dengan sigap, Pak Wandi
mengambil tali yang ia bawa dan di lilitkan pada sebuah pohon ditepi jurang
itu. Tali itu cukup panjang sehingga Pak Wandi dapat turun hingga mencapai
tempat anak itu. Ia turun dengan hati-hati. Sesampainya di dasar tepi jurang
tempat anak itu terjatuh, Pak Wandi memeriksa anggota tubuhnya kalau-kalau ada
tulang yang patah. Setelah di periksa, tidak ada tulang yang patah. Tetapi
hanya luka kecil yang ada di kiri kanan tangan kaki anak itu.
Anak itu di angkat ke atas bahunya.
Diangkat anak itu keatas jurang agar ia selamat. Pak Wandi merasa pernah
melihat anak ini di desa, namun ia tak tahu siapa namanya. Di bawa anak itu ke
pondoknya. Dibaringkanlah anak itu diatas tempat tidur. Anak itu memakai
sweater kotak-kotak dan celana main warna merah. Ketika sadar, anak itu
ketakutan melihat Pak Wandi. Pak Wandi menyodorkan susu coklat panas. Karena
kelaparan, ia menghabiskannya dengan cepat.
“ Nah... ” Kata Pak Wadi kemudian. “
Siapa nama mu? ’’ Tanya Pak Wadi. “ Lodi, aku ingin pergi kembali ke hutan. Aku
ingin memburu burung-burung dan tumbuhan melati.” Kata lodi menangis. Pak Wandi
terkejut. Kemudian ia menasehati lodi, “ Lodi, ternyata kamu yang telah
menghilangkan tawa burung dan wangi bunga melati itu? Kenapa kamu melakukannya?
” Tanya Pak Wadi heran. “ Aku melakukan itu untuk menjualnya. Lagi pula burung
dan melati itu sangat bagus. Supaya dapat menambah tabungan ku. ”Kata Lodi
sambil terisak. Pak Wadi tersenyum, ia tak ingin berbasa-basi lagi. Ia pun
mengantar Lodi pulang. Setelah itu, Pak Wadi lebih giat lagi menjaga hutan dan
melindunginya supaya tak gundul dan mencemari udara segar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar